oleh

Sporter Cewek Masih Belia Meninggal saat Dikipasi, Pemain Arema Ini Berteriak-teriak dan Pukul Pintu

MALANG, KALIMANTANLIVE.COM – Ratusan sporter tewas dalam tragedi Kanjuruhan, usai pertandingan BRI Liga 1 antara Arema FC vs Persebaya Surabaya di Stadion Kanjuruhan, Kabupaten Malang, Jawa Timur, pada Sabtu, 1 Oktober 2022.

Penggunaan gas air mata pun ditengarai jadi penyebab ratusan orang tewas. Informasi soal gas air mata ini beredar di media sosial dan juga didengar oleh Menteri Koordinator Politik Hukum dan Keamanan Mahfud MD. Ia mengaku membaca banyak tudingan di media sosial yang menyebut Polri tak profesional.

# Baca Juga :Usai Copot Kapolres Malang, Kapolri Copot Juga 9 Anggota Polri Lainnya Buntut Tragedi Kanjuruhan

# Baca Juga :Tragedi Kanjuruhan, Wakil Ketua Komisi III DPR RI Pangeran Khairul Saleh: PT LIB Bertanggung Jawab!

# Baca Juga :Tim Pencari Fakta Pengusutan Tragedi Stadion Kanjuruhan, Mahfud MD: Target Selesai 2-3 Pekan

# Baca Juga :Korban Tewas Jadi 131 Orang, Ini Dalih Polisi Gunakan Gas Air Mata di Stadion Kanjuruhan Malang

Sementara itu, pelatih Arema FC Javier Roca mengisahkan momen paling tragis yang dialami oleh skuad Singo Edan dalam tragedi Kanjuruhan usai laga pekan ke-11 Liga 1.

Kekalahan yang merupakan bagian dari pertandingan sepak bola merupakan hal biasa bagi Roca, namun pengalaman usai laga kompetisi sepak bola Indonesia akhir pekan lalu menyisakan haru mendalam.

Roca dan para pemain melihat langsung suporter meninggal di ruang ganti. Roca mengungkapkan pemain-pemainnya begitu emosional.

“Ya memang sangat berat, waktu itu mencoba, coba untuk tegas, untuk tidak terlalu terpukul, tetapi dengan situasi seperti itu berat sekali. Dari situ sudah hilang kendali, sudah pada mulai teriak, sudah pada mulai pukuli pintu. Dengan rasa bersalah pertama, dengan rasa bersalah, dengan rasa yang tidak mampu membantu lebih,” terang Roca.

Mantan arsitek tim Persik Kediri itu juga mengungkapkan korban meninggal di ruang ganti Arema FC adalah suporter berusia belasan.

“Karena di saat waktu itu yang meninggal di ruang ganti adalah anak-anak masih muda. Saya yakin itu anak-anak masih di bawah umur.”

“Ada kalau enggak salah cewek dua, umur 15-16 tahun. Jadi sangat berat, sangat berat, sangat apa ya? Ini peristiwa yang sebenarnya enggak harus kita alami tapi yah…Memang takdir kita di situ, jadi kita harus terima dengan besar hati,” papar Roca.

Dalam wawancara dengan CNNIndonesia TV di program Sports Corner, Senin (3/10), Roca juga menjelaskan Evan Dimas dan kawan-kawan berupaya membantu suporter yang sudah kepayahan di ruang ganti.

Para pemain mencoba memberi bantuan dengan mengipaskan handuk dan kardus, juga memberi air.

Roca menyatakan baru menyadari keadaan di Stadion Kanjuruhan berbeda sejak ia memberikan pernyataan kepada media dalam konferensi pers usai laga. Ketika balik ke ruang ganti Roca merasakan gas air mata dan mengatakan banyak orang meminta bantuan dan menggotong satu sama lain di lorong menuju ruang ganti.

Editor : NMD
Sumber : Kalimantanlive.com/CNNIndonesia